Sunday, 20 March 2016

Pengertian tentang Ikhlas Dan Riya’



{الاخلاص والريأ وعلا متهما} 

(Ikhlas Dan Riya’ Serta Alamat Keduanya)

١.العمل لآجل النّاس ريأ وترك العمل لآجل النّاس شرك والا خلاص آن يعا فيك منهما .  { امام فضيل بن عياد }

1 . “ Beramal karena manusia adalah riya’ meninggalkan amal karena manusia adalah syirik,dan Ikhlas adalah selamatnya kamu dari keduanya (riya’ dan syirik)” (Imam Fudhail bin ‘Iyad)
Keterangan; Inilah hakikat ikhlas yang sebenarnya, tidak melakukakan dan meninggalkan amal karena manusia, yaitu melakukan amal untuk mendapatkan pujian manusia dan meninggalkan amal karena ejekan dan cemohan manusia,orang yang ikhlas tidak memperdulikan itu semua,tetapi hanya mengharap ridho Allah swt.

۲ .  وكان داوود الطائي لبس ثوبه مقلوبا مرة فقالوا له الا تغيّره فقال: إنّي لبسته لله فلا أغيّره .

2. “Imam Dawud At-Thoi itu pernah memakai pakaian terbalik pada satu kesempatan,maka para kaumnya berkata kepadanya: sudilah tuan untuk merubah (membetulkan)nya! Maka beliau berkata: Sesungguhnya saya memakai pakaian karena Allah, maka saya tidak akan merubah/ membetulkannya”
Keterangan: Perbuatan semacam ini hanya bisa di lakukan oleh mereka yang sudah mempunyai derajat keikhlasan yang tinggi di sisi Allah swt, dia tidak menginginkan lagi derajat dan kedudukan duniawi. dan tidak khawatir di ejek oleh sesama manusia dengan memakai pakaian terbalik.

.۳وكان الحسن البصري رحمه الله تعالى كثيرا ما يعاتب نفسه ويوبحها بقوله : تتكلّمين بكلام الصالحين القانتين العابدين وتفعلين فعل الفاسقين المنافقين المرّائين والله ما هذه صفات المخلصين . 

3.  “Imam Hasan Al-Bashri seringkali mengumpat dan mencaci dirinya sendiri dengan berkata: kamu selalu berkata dengan perkataan orang-orang sholih, ahli taat serta ahli ‘ibadah, dan kamu melakukan perbuatan orang-orang fasiq, munafik, dan orang-orang ahli riya’, Demi Allah ini bukanlah termasuk dari sifat-sifat orang-orang yang ikhlas .

Keterangan: Banyak sekali orang yang melakukan hal seperti ini, yaitu berkata dan berpakaian seperti layaknya orang alim dan ahli bertakwa ketika tampil di kalangan banyak manusia [jama’ah], tetapi ketika sendirian mereka melakukan perbuatan yang tidak mencerminkan nilai-nilai yang baik, dengan kata lain tidak sama perbuatan dan perkataannya ketika di muka umum dan ketika sendirian,.

٤.  إذا كان يوم القيامة قال الله للمرّائين : خذ ثواب عملك ممّن كنت ترائيه. {امام أبو عبد الله الانطاكى رحمه الله تعالى }
4.  “Pada hari kiyamat Allah berkata kepada orang-orang yang ahli riya’: Ambillah pahala amalmu dari orang yang kamu riya’ kepadanya. **(Imam Abu ‘Abdllah Al-Inthoky)**
Keterangan:Ini merupakan sanksi bagi mereka yang riya’,dan merupakan kerugian yang sangat besar,karena tidak mungkin besok di hari qiyamat ada yang bisa memberi pahala dan balasan kebaikan selain Allah swt,dengan kata lain semua amal kebaikan yang bercampur dengan riya’ itu tidak berguna dan hilang bigitu saja.

۵.     من ذ مّ نفسه في الملإ فقد مد حها وذالك من علامات الريإ .  {إمام        حسن البصري رحمه الله تعالى}


5.  “Barang siapa yang mencela dirinya di muka umum,Maka sesungguhnya dia memujinya,dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda riya’. **(Imam Hasan Al-Bashri)**

Keterangan: Karena dengan mencela dirinya di muka umum, itu biasanya mengharapkan simpati orang lain, sehingga dengan demikian orang lainpun lalu memujinya, ini sama dengan halnya orang yang beramal ingin mendapatkan pujian orang lain, dan ini merupakan sebagian dari tanda riya’.

٦ . مااتقي الله من أ حبّ ان يذكره النّاس بخير ولا أخلص له. {ا مام إبراهيم بن ادهم رحمه الله تعالى }

6.  “Tidak bisa bertaqwa kepada Allah, orang yang senang ketika manusia menyebutnya dengan kebaikan (memujinya red.) dan tidak (mendapat sifat) ikhlas baginya. **(Imam Ibrahim bin Adham)**

Keterangan: Ketika seseorang itu merasa tentram dan puas ketika di sebut orang yang baik oleh manusia,maka itu seolah menjadi tujuan dia beramal yaitu hanya sekedar mencari nama baik di hadapan manusia dan itu bukan termasuk orang yang bertakwa dan orang yang ikhlas.

۷. إنّ للمرّائين ثلاث علامات : يكسل إذا كان وحده ويصلّي النّوافل  جالسا , وينشط إذا كان مع النّاس ,ويزيد في العمل إذا مدحوه كما  ينقص منه إذا ذ مّه .{ صحابة علي كرّم الله وجهه }

7.  “ Sesungguhnya tanda-tanda bagi orang-orang yang riya’ itu ada tiga : 1. Malas ketika sendirian dan mengerjakan sholat sunnah dengan duduk, 2. Semangat ketika bersama dengan banyak orang, 3.bertambah ‘amalnya ketika orang-orang memujinya, seperti berkurang ‘amalnya ketika orang mencacinya. **(Sahabat Ali bin Abi Thalib(**

Keterangan: Peryataan sahabat ‘Ali bin Abi Thalib diatas sudah sangat jelas mengenai tanda-tanda orang yang riya’dan bisa ditarik kesimpulan yaitu setiap amal perbuatanya selalu di sandarkan kepada manusia,dan ingin mendapat kedudukan dihadapan manusia.

۸. من اراد ان ينظر الى مرإ فلينظر اليّ .  { إمام فضيل بن عياد رحمه الله تعالى }

8.  “Barang siapa yang ingin melihat orang yang riya’ maka lihatlah aku. **(Imam Fudhail bin ‘Iyad)**

Keterangan: Ini bukanlah seperti yang di maksud seperti nomor lima diatas, tetapi ini lebih memberi pelajaran kepada kita bahwa jangan sampai kita merasa aman dari sifat riya’. karena sifat ini bisa saja dialami setiap orang tidak terkecuali para ulama, bahkan setingkat imam Fudhail bin Iyad.

۹. وقد قيل لابن المبارك رحمه الله من النّاس عندك؟ فقال العلمأ العاملون المخلصون , فمن الملوك ؟ قال الزّهاد فى الدنيا , فمن السفلة ؟ قال الذين يأكلون الدنيا بعلمهم وعملهم ودينهم .

9.  “Imam Ibnu Mubarak pernah di tanya, Siapakah manusia menurut tuan? Maka beliau menjawab : Yaitu para ‘ulama’ yang mengamalkan ‘ilmunya yang ahli ikhlas, Siapakah para raja itu? Dia berkata : Yaitu orang-orang yang zuhud di dunia, Siapakah orang yang bodoh itu? Yaitu orang-orang yang makan (mengambil) dunia (harta) dengan ‘ilmu,amal dan agamanya,”
Keterangan: Pernyataan imam Ibnu Mubarak di atas menunjukkan hakikat manusia, raja, dan orang bodoh yang sebenarnya,.

١٠. مادام العبد يستأنس باالناس فلا يسلّم من الريإ . { امام فضيل بن عياد رحمه الله تعالى }

10.  “Selagi seorang hamba itu merasa tentram dengan manusia maka tidak selamat dari sifat riya’. **(Imam Fudhail bin ‘Iyad)**
Keterangan: Ini menunjukkan bahwa hakikat ketentraman yang ada didalam hati itu memang ketika seseorang selalu mengingat Allah Swt[1], bukan karena karena mendapat dukungan maupun pujian disisi manusia. 

١١.  المخلص من يكتم حسناته كما يكتم سيّئاته . {امام إبراهيم التيمي رحمه الله تعالى }

11. “Orang yang ikhlas yaitu: orang yang menyebunyikan kebaikanya seperti meyembunyikan kejelekanya”. **(Imam Ibrahim At-Taimi)**

Keterangan: Kebaikan yang kita kerjakan diibaratkan kotoran yang kita keluarkan (berak) atau air kencing, yang ketika mengeluarkan, kita tutup rapat-rapat, dan diusahakan tidak dilihat maupun diketahui oleh manusia.

١۲.   من علا مة المرّائين بعلمهم أن يكون علمهم كاالجبال وعملهم كاالذّر.     { امام فضيل بن عياد رحمه الله تعالى }
12.  “Setengah dari tanda orang-orang yang riya’ dengan ‘ilmunya yaitu:’ilmunya sebesar gunung-gunung dan amalnya sekecil semut budak”. **(Imam Fudhail bin Iyad)**

Keterangan: Ini merupakan orang yang gemar mencari ilmu, tetapi bukan untuk diamalkan tetapi hanya untuk sekedar pengetahuan, hanya untuk mendalil dihadapan orang banyak, bahkan yang lebih bahaya ilmu yang di cari untuk bekal berdebat dengan orang lain supaya lawan bicaranya menjadi malu dan kalah, dengan kata lain orang ini pandai dalam pengetahuan tetapi tidak pandai dalam pengamalan ini yang di murkai Allah Swt[2].

١٣.  من علامة المخلص ان يتكدراذا أطلع الناس على محاسن عمله كما يتكدرعلى مساويه فان فرح النفس بذالك معصية, وربما كان الريإ أشد من كثيرمن المعاصي. {امام ربيع بن خيثم رحمه الله تعالى}

13.  “Sebagian dari tanda orang yang ikhlas yaitu: Merasa tidak enak (benci) ketika manusia melihat amal kebaikanya, seperti dia tidak enak (benci) dengan amal keburukanya, ketika hatinya senang dengan yang demikian, maka termasuk ma’siat, Dan terkadang riya’ itu lebih bahaya dari pada banyaknya ma’siat. **(Imam Rabi’ bin Khaitsam)**
Ketrangan: Ini hampir sama dengan apa yang dikatakan oleh Imam Ibrahim At-Taimi [nomor 11 pada bab ini]
 



[1] Q.S.Ar-Ra’d. ayat 28. Juz 13.
[2] Lihat Q.S Al-Baqarah ayat 44 Juz 1.

disalin dari Buku 
MUTIARA HIKMAH PARA SUFI
Nur Said Sukari

0 comments:

Post a Comment